TUGAS MAKALAH KEPEMIMPINAN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Kepemimpinan
dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan antara
atu dengan yang lainnya. Istilah kepemimpinan sesungguhnya telah lama
menjadi bahan perbincangan oleh banyak orang ilmuam dan praktisi.
Kepemimpinan acapkali diasosiasikan dengan orang-orang yang dinamis dan
kuat yang memimpin bala tentara, mrngendalikan perusahaan besar, atau
menentukan arah suatu bangsa dan masyarakat.
Untuk menunjukan berapa pentingnya kepemimpinan dan betapa manusia
membutuhkannya, sampai ada pendapat yang keras mengatakan bahwa dunia
atau umat ymanusia di dunia ini pada hakekatnya hanya ditentukan oleh
beberapa orang saja, yakni berstatus sebagai pemimpin. Dalam organisasi
kepemimpinan sangat dibutuhkan untuk memeberikan pengarahan terhadap
usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tanpa
Pemimpin atau bimbingan, hubungan antara tujuan perserangan atau tujuan
organisasi mungkin menjadi renggang.
Oleh karena itu, Kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi
ingin sukses. Terlebih lagi pekerja-pekerja yang baik selalu ingin tahu
bagaimana mereka dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisas, dan
paling tidak gairah para pekerja memerlukan kpemimpinan sebagai dasar
motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan mereka tetap harmonis
dengan tujuan organisasi. Ciri dan sifat kepemimpinan adalh Kpemimpinan
yang efektif yaitu kemampuan seseorang pemimpin untuk mempengaruho atau
memotivasi (bawahan) untuk bisa bekerja dengan benar dan baik, sehingga
tujuan bisa dicapai sesuai dengan perencanaan.
Untuk memahami beberapa hal tentang kepemimpinan dalam makalah ini
dibahas beberapa hakekat kpemimpinan, teori kepemimpinan, bagaimana
menjadi pemimpin sejati, dan hubungan pemimpin dalam kearifan lokal.
I.II RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan,permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sbb:
v Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
v Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati?
v Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.III TUJUAN PENULISAN
Makalah
ini adalah pengantar tentang kepemimpinan yang disusun secara
sistematis untuk para professional muda, sarjana, dan mahasiswa
perguruan tinggi.Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca mengenal
lebih dalam tentang hakikat kepemimpinan dan fungsinya. Sehingga
pembaca bisa mendapatkan inspirasi untuk menjadi seorang pemimpin yang
baik.
I.IV METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. . Penulis banyak menggunakan buku – buku dan teori yang berkaitan dengan kepemimpinan sebagai bahan refrensi
I.V RUANG LINGKUP
Mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup
hanya membahas tentang kepemimpinan dan sifat-sifat yang haris dimiliki
untuk menjadi pemimpin yang baik serta hubungan dengan kearifan lokal.
.BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
selalu menjadi objek pembicaraan yang menarik sepanjang sejarah manusia
di manapun. Hal ini antara lain disebabkan betapa besarnya pengaruh
seorang pemimpin baik dalam satu kelompok masyarakat, dalam sebuah
organisasi atau negara bahkan dunia. Betapa besarnya pengaruh seorang
pemimpin, lihat saja misalnya Presiden Amerika Serikat George Bush,
disebabkan keputusannya, ribuan nyawa manusia hilang dengan sia-sia di
Irak. Kita pernah mendengar kisah pemimpin yang arif bijaksana, otoriter
sampai pemimpin yang kejam.
Selanjutnya,
untuk memberikan pemahaman secara mendalam tentang pengertian
kepemimpinan berikut ditulis berbagai pendapat sebagai berikut:
1. James
J Cribin mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan memperolrh konsensus
dan keikatan pada sasaran bersama, melampoi syara-syarat organisasi,
yang dicacpai ddengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak
kelompok kerja.
2. Miftah
Thoha mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku
orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangn
maupun kelompok.
3. James
A.F Stoner mengatakan bahwa kepemimpinan manajerial adalah suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh kepada kegiatan – kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugassnya.
4. Chung dan Megginson mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah kesanggupan mempengaruhi perilaku orang lain dalam suatu arah tertentu.
II.II TEORI KEPEMIMPINAN
Beberapa
literature yanag membahas tenang teori kepemimpinan pada prinsipnya
sama, yakni: ada empat asumsi dasar dalam teori tersebut yang berusaha
menenrangkan factor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat
dari kepemimpinan. Pertama, ada teori yang berasumsi bahwa pemimpin itu
dilahirkan, bukan dibuat, Kedua, ada teori yang berasumsi bahwa pemimpin
ada (timbul) karena situasinya memungkinkan ia ada. Ketiga, ada teori
yang berasumsi bahwa kepemimpinan itu terjadi karena adanya kelompok
orang-orang, dania melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Keempat,
ada pula teori yang berasumsi bahwa kepemimpinan itu dapat dilihat lewat
perilaku organisasi.
Untuk memberikan gambaran secara rinci tentang teori-teori
kepemimpinan, berikut dikutipkan beberapa pendapat sebagai berikut:
Teori Sifat (Traits Theory)
Teori
ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian
sifat-sifat, cirri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin
keberhasilan pada setiap situasi. Seorang pemimpin akan berhasil apabila
memiliki sifat-sifat, cirri-ciri perangai tersebut. Teori ini
berkesimpulan bahwa kepemimpinan “orang besar” didasarkan ada
sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan suatu yang
diwariskan. Itulah sebabnya teori ini dikenal sebagai “teori genetis”.
Artinya, pemimpin-pemimpin adalah dilahirkan dan dibentuk.
Teori Lingkungan (Environmental Theory)
Teori
ini berasumsi bahwa munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil
dari waktu, tempat, dan keadaan atau situasi dan kondisi. Situasi dan
kondisi tertentu melahirkan tantangan-tantangan tertentu. Dan dengan
sendirinya diperlikan orang-orang yang memiliki sifat-sifat atau
cirri-ciri tertentu yang cocok. Kebangkitan dan kejatuhan seorang
pemimpin dixebabkan oleh situasi dan kondisi.
Sejalan dengan teori ini adalah teori social, yang menyatakan bahwa pemimpin-pemipin dibentuk bukannya dilahirkan (leader are made not born)..
seseorang akan muncul sebagai pemimpin jika ia berada dalam lingkungan
social, yaitu sustu kehidupan kelompok, dan memanfaatkan situasi dan
kondisi social untuk bertindak dan berkarya mengatasi masalah-masalah
social yang timbul.
Teori Pribadi dan Situasi (Personal situation Theory)
Teori ini berasumsi bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terrkaitnya tiga factor yaitu:
a. Perangai (sifat-sifat) pribadi dari pemimpin.
b. Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya.
c. Kejadian-kejadian (atau masalah-masalah) yang dihadapi oleh kelompok.
Penganut
teori ini ada yang menyatakan bahwa: studi tentang kepemimpinan harus
berkenaan dengan status, interaksi, persepsi dan perilaku
individu-individu dalam hubungan dengan anggota-anggotanya lain dari
kelompok yang terorganisasi.
Pemimpin
harus mengenal dirinya (dalam arti sifat-sifatnya, mengenal kelompok
yang dipimpin, mengenla situasi dan kondisi) untuk selanjutnya
mengembangkan sifat-sifatnya sendiri kea rah yang sesuai dengan kelompok
yang dipimpinnya dan sesuai pula dengan situasi dan kondisi dimana ia
memimpin.
Teori Interaksi dan Harapan
Teori
ini berasumsi bahwa semakin terjadi interkasi dan partisipasi dalam
kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai atau
menyayangi astu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas
norma-norma kelompok. Demikian pula semakin tinggi seseorang dalam
kelompok,semakin mendekati kesesuaian kegiatannya denagn norma-norma,
semakin luas jangkauan interaksinya dan semakin besar pula jumlah
anggota kelompok yang tergerak. Yang penting harus dijaga agar aksi-aksi
pemimpin tidak menegecewakan.
Teori Humanistik (Humanistik Theory)
Teori ini berasumsi bahawa seorang pemimpin bisa dikatakan berahsil
dalam mengolah sesuatu organisasi jika ia mampu memberdayakan
orang-orang yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, ia mampu membuat
organisasi sedemikian rupa sehingga member kebebasan dan kelonggaran
kepada individu untuk mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial
untuk memenuhi kebutuhannya dan pada saaat yang bersamaan member
sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi.
Teori Tukar-menukar (Exchange Theory)
Teori ini berasumsi bahwa interaksi social menggambarkan suatu bentuk
tukar-menukar dimana anggota-anggota kelompok memberikan konstribusi
dengan pengorbanan-pengorbanan kempok anggota-anggota yang lain. Proses
ini sesungguhnya menekankan adanya “give and take” antara pemimpin dan
yang dipimpin. Itulah sebabnya teori ini juga dinamai sebagai teori
beri-memberi.
Teori Kepemimpinan Psikonalisis
Seseorang berperilaku tertentu barangkali bukan karena untuk memenuhi
kepentingan bawahanya, tetapi barangkali untuk mengkompensasi
kepribadiannya yang frustasi. Teori ini mengatakan bahwa manusia sangat
kompleks. Penampilan luar tidak dapat dijadikan pegangan. Analis perlu
kembali pada teori alam/manusia yang paling dasar untuk memahami
perilaku manusia atau oemimpin yang sangat kompleks.
Teori Kepemimpinan Romantis
Teori
ini mengatakan bahwa pemimpin ada karena pengikutnya. Para pengikut ini
mengembangkan pandangan “romantic” (ideal) mengenai adanya pemimpin
yang dapat membantu mereka mencapai tujuannya atau memperbaiki hidup
mereka. Pemimpin dibutuhkan untuk membantu menyedrhanakan permasalahan
dunia yang sangat kompleks. JIka bawahan sudah tidak mempercayai
pwmimpinnya, efektifitas kepemimpinan akan hilang, tidak peduli denag
tindakan pemimpin tersebut. Jika bawahan sudah mampu mengorganisir
mereka sendiri, maka pemimpin tidak akan diperlukan lagi.
Kepemimpinan Transformal Kharismatik
Pemimpin
transaksional adalah sesorang yang menentukan apa yang harus dikerjakan
oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau
organisasi, dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam
mengerjakan tugas tersebut. Sebalikny apemimpin transformational
seseorang yang memotivasi bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang
diharapkan semula dan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai
pentingnya pekerjaan.
II.III KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Dewasa
ini manusia sering beranggapan bahwa pemimpin haruslah menjadi orang
yang dihormati dan dilayani oleh para pengikutnya. Tanpa hak-hak spesial
seperti itu, maka seorang dirasakan tidak dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik. Akan tetapi, hal di atas tidak sesuai dengan
konsep modern kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang melayani, sebab
pemimpin yang melayani adalah seorang yang menggerakkan dan
mentransformasi orang secara khas.
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
Seorang
pemimpin bertugas merumuskan visi komunitasnya, kemudian menciptakan
kondisi yang membuat komunitas atau organisasinya bergerak menuju visi
tadi. Sementara ia dan pengikutnya bergerak mereka mengalami perubahan
atau transformasi. Kemampuan untuk menimbulkan gerak dan transformasi
terjadi karena berakar dari kepercayaan, baik yang berasal dari Pencipta
dan manusia lainnya.
Teori tentang kepemimpinan yang melayani mulai muncul sejak tahun 1977 ketika R.K. Green Leaf menulis buku " Servant Leadership : A Journey Into the Nature of Legitamate Power and Greatness".
Seorang pemimpin yang melayani hanya dapat melakukan hal itu bila ia menghayati makna peran sebagai orang yang melayani. Ia melakukan hal itu karena ingin melayani orang-orang, ia terdorong untuk membuka kesempatan agar orang-orang disekitanya memiliki kebebasan lebih luas untuk berkembang atau mengalami transformasi. Dengan bahasa sederhana ia dapat menjadi pemimpin yang melayani bila memiliki hati yang melayani.
Teori tentang kepemimpinan yang melayani mulai muncul sejak tahun 1977 ketika R.K. Green Leaf menulis buku " Servant Leadership : A Journey Into the Nature of Legitamate Power and Greatness".
Seorang pemimpin yang melayani hanya dapat melakukan hal itu bila ia menghayati makna peran sebagai orang yang melayani. Ia melakukan hal itu karena ingin melayani orang-orang, ia terdorong untuk membuka kesempatan agar orang-orang disekitanya memiliki kebebasan lebih luas untuk berkembang atau mengalami transformasi. Dengan bahasa sederhana ia dapat menjadi pemimpin yang melayani bila memiliki hati yang melayani.
Secara definisi seorang yang melayani adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dan komunitasnya, karena itu ia mendahulukan hal-hal tersebut daripada pencapaian ambisi pribadi (personal ambitious) dan kesukaannya saja. Impiannya ialah agar orang yang dilayaninya tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga.
Seorang pemimpin yang matang akan menyadari bahwa pola atau gaya dan paradigmanya memang baik untuk masa dimana ia melayani, namun di masa depan corak lingkungan kerja, dinamika organisasi dan komunitasnya akan berbeda sehingga dibutuhkan suatu pendekatan, pola dan gaya kepemimpinan yang baru. Pemimpin yang berhasil juga memiliki kesadaran tentang life cycle atau daur hidup komunitas yang dipimpinnya. Ada masa lahir, masa pertumbuhan, ada masa puncak dan ada masa penurunan serta uzur. Pada setiap masa dibutuhkan corak kepemimpinan yang berbeda-beda. Kematangan seorang pemimpin juga akan terlihat dalam kesediaanya menerima fakta bahwa orang yang dipersiapkannya mungkin akan menentangnya, mengkritik kebijakannya dan mengubah banyak hal.
II.IV KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan
adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses
panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi
dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan
membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika
keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari
proses internal (leadership from the inside out ).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah
dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya
sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi
lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ” I
don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title
to be leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader any
time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal
Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda
menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering
kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka
yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka
seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya
sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa
diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan
penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang
dipimpinnya. Semakin
dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh
dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan,
yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang
demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah
Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga
Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang
telah membuatnya menderita selam bertahun – tahun.
Seperti
yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa
kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka
yang dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa
perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa
adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan
tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah
menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
· Q
berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti
kecerdasan intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti
kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki
kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
· Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
· Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
· Q
keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah
seseorang yang sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat
mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi
seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar
dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q
(intelligence-quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian
misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap
pribadi seorang pemimpin.Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting
yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).
2. Visi yang jelas (clear vision).
3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga
hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk
senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal
(pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis,
pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain
(pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti
yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only way that I can keep
leading is to keep growing. The the day I stop growing, somebody else
takes the leadership baton. That is way it always it.” Satu-satunya cara
agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil
alih kepemimpinan tsb.
II.V KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan
local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan
pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam
pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang
relative pelik dan rumit,
Dalam
suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang
selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian
dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati
bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh
pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan
manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan
memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap
masalah yang muncul.
Manusia
di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah
yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat
setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di
berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah
Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah
ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan
infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan
yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang
cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang
meluber ke jalan.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata
pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan
suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan,
bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana
nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia
utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.
Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum
sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin
bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sangat
diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak
untuk memimpin diri sendiri."Buku : Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori danPraktek"
Karya : Drs.Abdullah Masmuh,M.Si
Comments
Post a Comment